Peretas bertanggung jawab sebagian atas kekurangan krim keju yang saat ini melanda toko roti, restoran, dan toko bagel. Seperti dilansir Bloomberg, Schreiber Foods yang berbasis di Wisconsin ditutup selama beberapa hari karena serangan siber, yang menyebabkan jeda signifikan dalam produksi dan distribusi.
Sementara maksud di balik serangan siber ini masih menjadi misteri, konsekuensi penggumpalannya cukup jelas. Data pemerintah menunjukkan produksi keju krim turun 6,9% pada bulan Oktober, bulan di mana Schreiber Foods dicambuk oleh peretas.
Keju krim relatif stabil, tetapi tidak dapat bertahan selamanya. Akibatnya, Oktober adalah bulan besar di mana perusahaan keju krim memproduksi sebagian besar pasokan liburan mereka. Dan mereka biasanya membutuhkan pasokan schmear yang sangat besar, karena krim keju adalah bahan populer dalam kue dan pai.
Tentu saja, kita tidak bisa hanya menyalahkan peretas atas kekurangan schmear. Pengiriman masih menjadi kendala bagi perusahaan di dunia “pasca” pandemi, dan kekurangan tenaga kerja juga tidak membantu.
Ada beberapa hikmah di sini. Schreiber Foods membuat krim keju untuk restoran, lho, krim keju asli. Barang-barang yang datang dalam bak (yang rasanya enak bagi saya) tidak boleh terpengaruh oleh kekurangan ini, kecuali restoran terpaksa membeli barang-barang itu, tentu saja.
Sumber: Bloomberg melalui CNET