Industri teknologi global menekan Organisasi Perdagangan Dunia untuk mengecualikan aliran data dari tarif lintas batas, dengan mengatakan kegagalan untuk melakukannya akan merusak pemulihan global yang sudah terancam oleh kenaikan harga.
Ke-164 anggota WTO mempresentasikan pandangan mereka tentang topik tersebut pada hari Rabu ketika negosiasi pada konferensi tingkat menteri mengalami perpanjangan waktu di tengah tumbuhnya pesimisme tentang kesepakatan.
Keisal Peters, menteri perdagangan St Vincent dan Grenadines, yang memimpin diskusi, mengatakan pada konferensi bahwa perbedaan tetap ada. Seiring waktu habis, anggota WTO harus mempertimbangkan untuk bertemu di tengah jalan, tambahnya.
WTO pada tahun 1998 menyetujui moratorium tarif e-commerce dan berulang kali memperpanjangnya pada konferensi tingkat menteri, yang biasanya diadakan oleh badan perdagangan yang berbasis di Jenewa setiap dua bulan. tahun.
Sekarang India, Indonesia, Sri Lanka, Pakistan dan Afrika Selatan mengancam akan memblokir perpanjangan, kata sumber perdagangan yang dekat dengan pembicaraan WTO. Hal ini meningkatkan prospek bahwa tarif dapat dikenakan pada aliran data seperti streaming musik dan transaksi keuangan.
“Apakah wajar jika biaya moratorium selalu ditanggung sepenuhnya oleh negara berkembang?”Menteri Perdagangan India Shri Piyush Goyal mengatakan pada pertemuan itu.”Moratorium ini…perlu ditinjau ulang.”Pakistan mengatakan telah kehilangan miliaran dolar pendapatan karena larangan tersebut.
Oposisi negara telah mendorong 108 asosiasi perusahaan teknologi, termasuk kelompok dari India dan Indonesia, untuk menulis surat ke WTO mendesak anggota untuk memperbarui moratorium , mengatakan kegagalan untuk melakukannya akan menjadi kemunduran bersejarah bagi WTO dan akan merusak pemulihan global.
Negara-negara berkembang kecil, menurut mereka, akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan daya saing digital mereka tanpa moratorium.
John Neuffer, kepala eksekutif Asosiasi Industri Semikonduktor yang berbasis di AS, mengatakan aliran data bebas tarif sangat penting bagi negara-negara yang ingin menarik asing. Mereka juga menawarkan manfaat yang jelas bagi konsumen dan usaha kecil, katanya.
“Kami mendengar bel alarm bahwa segala sesuatunya dalam masalah, dengan lebih banyak risiko moratorium tidak diperpanjang,”kata Neuffer kepada Reuters.”Risikonya adalah jika satu atau dua pergi, itu memicu upaya negara lain untuk melakukan hal yang sama”-mengenakan tarif.
Studi menunjukkan bahwa manfaat pendapatan tarif akan lebih besar daripada kerugian ekonomi , katanya.
Pejabat UE dan AS memperingatkan biaya pencabutan moratorium pada pertemuan.”Tindakan ini tidak dapat menjadi kepentingan anggota WTO mana pun,”kata Wakil Presiden Komisi Eropa Valdis Dombrovskis.
FacebookTwitterLinkedin